13 Jun 2018


PEREMIAN GEREJA JEMAAT BETHANI KWAMKI NARAMA
Peresmian gereja Jemaat Bethani Gereja Kingmi Di Tanah Papua, Peresmian Gereja tersebut diadakan pada tanggal 19 Agustus 2017. Oleh Badan Pengurus Klasis Mimika Bapak Pdt. Henok Nawipa, S.Th. Setelah peresmian Gereja Bapak Pdt Henok Nawipa, S.Th. Menyapaikan Firmana Tuhan. Dengan
Tema: Mulai Dari Sekarang Aku Mempersembahkan Syukur  Sebagai Korban Kepada Allah Dalam Bait-Nya

Teks: Mazmur 100 :  1-5
Pujilah Allah dalam Bait-Nya
1.       Mazmur untuk korban syukur
Bersorak-soraklah bagi TUHAN,
Hai seluruh bumi!

2.       Beribadalah kepada TUHAN
dengan sukscita,
datanglah kehadapan-Nya
dengan sorak-sorai!

3.       Ketahuilah, TUHANlah
Allah;
Dialah yang menjadikan kita
dan punya Dialah kita,
umat-Nya dan kawanan domba
gembalaan-Nya.

4.       Masuklah melalui pintu gerbang
Nya dengan nyanyian syukur,
ke dalam pelataran-Nya
dengan puji-pujian,
bersyukurlah kepada-Nya dan
pujilah nama-Nya!

5.       Sebab TUHAN itu baik,
kasih setia-Nya untuk selama-
lamanya,
dan kesetiaan-Nya tetap turun-
temurun.

Dalam semangat peresmian gereja tersebut, Bapak Pdt Henok menyampaikan bahwa, perlunya ada persatuan dan kestuan jemaat untuk menjemput semua berkat-berkat Tuhan, seumpa seperti orang menyimpa nasi pake piring dengan demikian juga kita meyimpa semua berkat Tuhan, itu dalam persatuan dan kesatuan jemaat.

Kalau ada pujian dalam hati kita, Kalau ada pujian di lingkungan kita, Kalau ada pujian di antara kita Berarti pasti ada tempa memulainnya, tempat  mulainya sukacita adalah dari Tuhan bukan dari manusia, Tuhan yan mengajak kita untuk kita bersatu, Tuhan yang mengajak kita untuk kita dapat beribadah kepada-Nya, dan Tuhan yang mengajak kita untuk bersekutu dan memuliakan akan nama-Nya, kita melakukan puji-pujian kepada siapa?  Tentunya kita  kembalikan kepada Dia yaitu Dia, yang adalah pencipta langit dan bumu serta sekalian isinya.




8 Jun 2018

Kasih Seorang Ayah

INSPIRASI
Penulis: Tjhia Yen Nie07:35 WIB | Minggu, 27 Mei 2018

Kasih Seorang Ayah

Saat semua orang menjauh dan tidak mau terlibat dengan dirinya, seorang ayah akan berdiri dengan tegak di sana.
Foto: Istimewa

SATUHARAPAN.COM – Beberapa hari ini tayangan video singkat seorang remaja yang menantang Presiden Jokowi menjadi viral.   ”Anak kurang ajar, keterlaluan,….” Berderet kata lain mendeskripsikan apa yang dilakukannya, dan kita semua murka melihatnya.
Berbagai komentar ikut mewarnai media sosial yang menyorotinya, sekolah yang dikatakan media massa sebagai tempatnya mendapatkan pendidikan pun membuat penyataan bahwa anak itu sudah tidak bersekolah lagi di situ sejak dua tahun lalu. Mungkin teman-teman sepermainannya juga tidak berani mendekatinya lagi.  Semua takut terbawa masalah, prihatin melihat dari garis batas.
Apakah remaja ini nakal? Ya.  Apakah remaja ini bersalah? Pasti.  Apakah remaja ini menyebalkan? Tentu saja.  Namun, di tengah-tengah kebencian orang-orang yang melihatnya, tampillah Sang Ayah yang membuat klarifikasi dan mohon pengampunan atas kenakalan dan kesalahan anaknya ke Presiden Jokowi dan seluruh rakyat Indonesia.  Itulah kasih seorang ayah.
Seorang ayah mungkin tidak menyaksikan saat anaknya pertama kali melangkahkan kaki, mungkin pula dia tidak tahu saat gigi-geligi sang anak mulai bertumbuh dan belajar mengucapkan kata. Mungkin pula ayah tidak tahu siapa saja teman sepermainan anaknya, tidak mengerti aplikasi gadget yang sekarang menjadi pembicaraan di kalangan teman-temannya.
Terkadang malah tegur kata dan hardik tajam yang dirasa Sang Anak.  Mungkin pula diam seribu basa yang dirasa seakan ayah tak menghiraukannya. Mungkin pula pukulan keras atau sabetan ikat pinggang yang terkenang saat anak tidak mengikuti aturannya.  Namun, seorang ayah, dialah yang tanpa ragu akan menerima dan mendampingi anaknya melewati masa yang diakibatkan kebodohan tindakannya.  Saat di mana Sang Anak terpuruk akibat kesalahannya.  Saat semua orang menjauh dan tidak mau terlibat dengan dirinya, seorang ayah akan berdiri dengan tegak di sana.
Dan jika seorang ayah di dunia saja demikian, tentunya terlebih lagi Bapa di surga.

Editor: Yoel M. Indrasmoro