30 Sep 2021

"PERJALANAN DAN PELAYANAN RASUL PAULUS"

TUGAS HARIAN

MATA KULIAH PENGANTAR PERJANJIAN BARU

“Temukan Dan Tuliskan Perjalanan Dan Pelayanan  Rasul Paulus Dalam Kisah Para Rasul”


 

 

 


                                                                                                                            

OLEH

ADI KOMANGGAL

NIM: 21.1018


PERJALANAN  DAN PELAYANAN RASUL PAULUS

A. Latar belakang kehidupannya, siapakah dia?

Dengan menyelidiki latar belakang kehidupannya, akan menolong kita untuk memahami dia lebih baik lagi dan tentunya akan dapat mentafsirkan perkataannya lebih akurat. Sebenarnya Paulus sendiri sudah memberikan gambaran mengenai latar belakang hidupnya dalam surat-suratnya meskipun tersebar ( Kisah 22:1-21; Kisah 26:2-23).

Saulus yang juga dipanggil Paulus adalah seorang yang lahir di Tarsus dinegeri Kilikia (Kis 9:11; 21:39; 22:3). Ada anggapan bahwa Saulus lahir kira-kira delapan tahun setelah kelahiran Yesus (dengan asumsi perhitungan Yesus lahir -/+ 4 SM, sedangkan Saulus 4 M). Nama Saulus berarti:”yang disukai”. Orang tua Saulus berasal dari suku Benyamin dan termasuk golongan orang Yahudi peranakan. Mereka mentaati Hukum Taurat Yahudi dengan cermat dan keras (Kisah 23:6; 26:5; Fil 3:5).

Kota Tarsus adalah ibukota propinsi Roma Syria-Cilicia pada jaman Paulus hidup (Gal 1:21). Kota tersebut berkelimpahan, memiliki hak khusus (dibebaskan dari pajak), memiliki budaya yang tinggi dan dikenal karena banyaknya sekolah disana. Kota ini cukup ramai karena kota ini adalah kota dagang, dimana dari sungai Kideneus sampai Laut Tengah dipenuhi dengan kapal-kapal dagang, juga sebuah Perguruan tinggi Yunani, kuil-kuil (rumah dewa-dewa), dan sebuah komunitas Yahudi yang cukup besar, tempat orang menjalankan hidupnya sesuai dengan adat yang diatur oleh Musa.  Kota asli dimana ia dilahirkan juga mempengaruhi hidupnya, dimana kota tersebut adalah penghasil “cilicium” yang adalah bahan untuk membuat tenda, dan Paulus sendiri dikenal sebagai seorang pembuat tenda (Kisah 18:3 bnd I Tes. 2:9).

Paulus (nama Romawi) tidak hanya lahir di Tarsus saja, akan tetapi dia juga memiliki kewarganegaraan dari kota yang luar biasa tersebut (Kisah 21:39), warga negara Roma. Roma tidak memberikan hak untuk menjadi warga negaranya kepada setiap orang, hanya sedikit saja yang mendapatkannya, dan rupanya Paulus mendapatkan hak istimewa ini sejak ia lahir; jadi ia dapatkan dari keturunan (mungkin dari ayah atau kakeknya) Kisah 22:28, (karena keluarga Saulus berstatus warga negara Romawi, artinya mempunyai kedudukan social yang cukup terhormat).

Kewarganegaraan ini sangat penting artinya, khususnya ketika dikemudian hari Paulus mengadakan perjalanan misi dan harus berhadapan dengan pemerintahan Roma (lih. Kisah 16:37-39; 22:23-29; 25:10-12). Dalam Kisah 22:24-29, diceritakan  akibat kesaksiannya ditengah orang-orang Yahudi, Saulus hampir saja disiksa oleh seorang prajurit Romawi, akan tetapi ketika Paulus menjelaskan tentang kewarganegaraannya, maka hal itu mengurungkan niat serdadu tersebut. Kewarganegaraan Romawi sangat berharga, karena dengan memiliki kewarganegaraan tersebut seseorang dapat memiliki hak-hak khusus, misalnya pembebasan dari jenis-jenis hukuman tertentu, misalnya seorang warga negara Romawi tidak boleh disiksa ataupun disalib. 

 

Pendidikan Paulus

Nilai-nilai keagamaan Israel yang diwariskan para orang tua Yahudi kepada anak-anak mereka tidak terlepas dari peranan pendidikan yang diperoleh di Sinagoge. Anak lelaki Yahudi mulai membaca Kitab Suci ketika mereka baru berumur lima tahun. Lalu pada saat ia mencapai umur sepuluh tahun, ia mulai mempelajari Misynah dan berbagai tafsiran tentang Hukum Taurat yang tercakup didalamnya. Karena itu semasa kecilnya Saulus mendalami sejarah, adat istiadat, Kitab Suci dan bahasa bangsanya; dimana pada usia 13 tahun, ia diharapkan telah memiliki tanggung jawab pribadi untuk taat pada Hukum Taurat itu. Ketika Saulus beranjak dewasa, ayahnya berpendapat bahwa sudah tiba waktunya untuk mengirimkannya ke Yerusalem, dengan satu maksud agar anaknya dapat lebih mendalami Hukum Taurat. Disana ia tinggal dengan saudara perempuannya yang sudah menikah (Kisah 23:16). Ia dikirim ke Jerusalem pada sebuah sekolah dibawah didikan Prof. Gamaliel, sebuah sekolah orang Farisi “sekolah Hilel” yang dikenal sangat liberal (Kisah 26:3). Entah itu di Tarsus atau Jerusalem digunakan bahasa Aram sehingga hal ini mempengaruhi pola piker Saulus, itu sebabnya ia pernah menyatakan bahwa dirinya adalah “Hebrew of Hebrews”, sebab baik dia maupun orang tuanya secara bahasa dan budaya adalah Yahudi dan Palestina dalam orientasinya. (II Korintus 11:22 bnd dgn Hebrew dan Hellenist dalam Kisah 6:1).

Setelah menyelesaikan sekolahnya, kemungkinan Saulus kembali ke kota asalnya, yaitu Tarsus selama beberapa tahun. Juga ada kemungkinan Saulus pernah melihat Yesus dari jauh, ketika ia berada di Yerusalem dan kemungkinan ia pernah mendengarkan pengajaran Yesus. Ketika Stefanus mati, umur Saulus berkisar 30 tahun, artinya pada waktu itu, Saulus telah diserahi tugas sebagai pemimpin orang Yahudi untuk menganiaya para pengikut Yesus; jabatan ini tidak mungkin dipegangnya jika umurnya belum mencapai 30 tahun keatas

Pertobatan Paulus

Paulus juga termasuk dalam kelompok orang Farisi “garis keras” (Kisah 26:5; Gal 1:14; Filipi 3:5-6), dimana kelompok ini memiliki perbedaan besar yang sangat mendasar dengan kelompok Saduki dalam hal kebangkitan tubuh (lih Kisah 23:6-8). Paulus pada mulanya dengan kesadaran sendiri meminta ijin untuk menganiaya dan berusaha menghalangi kekristenan (Kisah22:4; 26:9-11; Gal 1:13; Flp 3:6). Ia adalah seorang yang sangat ‘berkobar-kobar’ hatinya untuk membunuh murid-murid Tuhan (Kisah 9:1). Dalam perjalanan melakukan misi penganiayaan itulah Saulus mengalami peristiwa yang merubah arah hidupnya, dimana ia berjumpa dengan Yesus. Peristiwa itu terjadi ketika ia berjalan menuju ke Damsyik / Damaskus. Kisah pertobatan Saulus tercatat dalam tiga pasal, yaitu dalam Kisah Para Rasul 9:3-9; 22:4-11 dan 26:12-18.

Kata kunci dari ketiga cerita tersebut adalah: “…. Lalu kedengaranlah olehnya suatu suara…”, artinya berdasarkan pengalaman tersebut, Paulus tidak pernah merasa ragu bahwa dia memang pernah bertemu dengan Yesus yang telah bangkit. Dalam surat-suratnya ia bersaksi bahwa, dialah yang paling akhir dari semua rasul yang berjumpa dengan Yesus setelah KebangkitanNya, ”Ia menampakkan diri juga kepadaku” (I Kor 15:8). Demikian juga ketika ia ditanyai tentang kerasulannya (I Kor 9:1). Seorang prosecutor yang diubah menjadi pengkhotbah kaliber dunia dan menjadi rasul terbesar sepanjang abad (bnd. Kisah 9: 3-6; 22:6-11; 26:12-15; Galatia 1:15-16). Perubahan hidup Paulus adalah juga panggilan pelayanannya (Kisah 9:15; 22:15; 26:15-18 dan Gal 1:16).

B. Sumber pengajaran Paulus

Paulus meng-“claim” bahwa sumber berita yang diajarkannya adalah hasil pewahyuan Yesus Kristus (Gal 1:12) “apokalipseos Iesou Christou”. Hal ini dimulai dalam perjalanannya dekat Damsyik, saat ia memburu para pengikut Kristus. Paulus menjelaskan kepada jemaat di Galatia bahwa apa yang ia ajarkan kepada mereka datang dari peristiwa ini dan bukan ajaran manusia yang didengungkan, akan tetapi pengalaman pribadinya yang dahsyat dalam konteks perjumpaannya pribadi dengan Yesus Kristus (bnd I Kor. 15:1-3). Dalam surat-suratnya ia juga mengutip dari PL dimana ada 90 kutipan yang ia ambil dari PL dalam surat-suratnya. Paulus menggunakan PL secara selektif dan mentafsirkannya dalam konteks PL serta mengaplikasikannya dalam kehidupan Kristus sebagai penggenapan dari Hukum dan nubuatan para nabi. Demikian pula lingkungan Yunani mempengaruhi juga pola pikirnya dimana pengaruh Helinisme begitu kuat dalam hidupnya. Jadi dalam pribadi Paulus dua pengaruh besar yaitu Judaisme dan Helinisme begitu kuat mempengaruhi kehidupannya. Perubahan hidup Paulus bagaimanapun juga, membawanya untuk menilai kembali iman percayanya yang dulu.

C. Garis Besar Pelayanan Paulus

Dengan menggunakan data – data yang ada dalam catatan Lukas maupun dalam surat-surat Paulus, kita dapat merekonstruksi tahun-tahun pertama pekerjaan misi Paulus. Setelah perubahan dalam hidupnya, Paulus tinggal di Damsyik beberapa saat (Kisah 9:19b) sebelum meninggalkannya untuk pergi ke tanah Arab (Gal 1:17). Yang dimaksud disini bukanlah Arabian Peninsula, melainkan “Nabataean Kingdom”, Timur Laut dari Laut Mati (Northeast of the Dead Sea).

Beberapa ahli menduga bahwa keberadaan Paulus disana adalah dalam rangka bermeditasi atau mengasingkan diri karena peristiwa di dekat Damsyik yang mungkin membuatnya “shock” karena pengalaman yang luar biasa tersebut yang mengubah hidupnya (retreat). Kesulitan-kesulitan Paulus kemudian berhubungan dengan raja Nabataean, Aretas, adalah dugaan keras yang muncul berkaitan dengan kegiatan misinya selama waktu tersebut (II Korintus 11:32). Setelah masa-masa penyesuaian tersebut Paulus kemudian kembali ke Damsyik (Gal 1:17; Kisah 9:20-22), dimana pelayanannya di hambat oleh orang-orang Yahudi dan pemerintahan dibawah pimpinan raja Aretas yang berusaha untuk menangkap dan membunuhnya (II Korintus 11:32; Kisah 9:23-24). Dengan cara dimasukan dalam keranjang dan diturunkan lewat pintu tembok kota, Paulus dapat melarikan diri (II Korintus 11:33; Kisah 9:25). Kemudian ia mengunjungi Jerusalem untuk pertama kalinya sejak ia mengalami perubahan dalam hidupnya, mungkin dua tahun lebih sedikit sejak masa kebahagiaan tersebut. Dimana atas desakan Barnabas, Barnabas meminta para pengikut Kristus di Yerusalem untuk menerima Paulus sang penganiaya tersebut sebagai bagian dari mereka (Kisah 9 :26-27). Paulus tinggal 15 hari disana untuk diperkenalkan dengan Petrus tanpa bertemu dengan murid yang lain selain Yakobus, saudara Tuhan (Galatia1:18-19).

Diterima oleh saudara-saudara baru dari kekristenan mengakibatkan ia dibenci oleh kelompok lamanya yang berusaha untuk membunuhnya, namu ia dapat melarikan diri ke Tarsus (Kisah 9:28-30, lihat Gal 1:21). Beberapa waktu kemudian Barnabas dikirim dari Yerusalem untuk menyelidiki laporan tentang sejumlah besar orang Yunani yang menjadi Kristen di Antiokia, oleh karenanya ia memanggil Paulus dari Tarsus untuk bergabung dengannya (Kisah 11:25-26a). Sejak waktu itu Lukas mencatat, bahwa Paulus dan Barnabas bergabung dalam beberapa waktu di gereja Antiokia (Kisah 11:26b) dan selama waktu tersebut terjadi kelaparan di daerah tersebut (Kisah 11:27-30), Kehadiran Paulus di Antiokia kurang lebih 12-13 tahun sesudah pertobatannya. Dengan demikian berarti bahwa Paulus menyediakan waktu hampir satu “decade” di Tarsus, dimana pada masa - masa tersebut beberapa peristiwa menimpa hidupnya dan tidak tercatat dalam kitab Kisah Para Rasul (lih. II Korintus 11:22-27).


1. Perjalanan Misi Pelayanan Rasul  Paulus Ke Satu

Mengikuti perjalanan misinya yang pertama, Barnabas dan Paulus menghabiskan cukup banyak waktu di Antiokhia (Kisah 14:28; bd Gal 2:11-14), sebelum pergi ke Yerusalem untuk sidang (Kisah 15:29). Sebelum perjalanan misinya yang kedua, terjadi perselisihan yang tajam antara Paulus dan Barnabas menyangkut Yohanes Markus yang dianggap Paulus tidak setia dalam pelayanannya yang berakibat terjadinya perpisahan diantara mereka (Kisah 15:36-41), dimana Paulus membawa serta Silas bersamanya dalam perjalanan misi yang kedua.

Perjalanan Misi Pertama

- Jemaat di Antiokhia di Siria (Kis 13:1-3)

Jemaat di Antiokhia di Siria merupakan pusat pertama orang-orang Kristen bukan Yahudi. Gereja di Antiokhia ini mengutus Barnabas dan Paulus yang telah dikhususkan oleh Tuhan untuk melaksanakan tugas yang telah ditentukan bagi mereka (Kis 13:4-12). 

- Siprus (Kis 13:4-12)

Tujuan pertama Barnabas dan Saulus adalah Siprus (tempat asal Barnabas) melalui Seleukia. Lalu di Salamis mereka memberitakan Firman Tuhan disinagoge-sinagoge dan Yohanes Markus menyertai mereka sebagai pembantu. Ketika di Pafos mereka bertemu dengan Baryesus/Elimas seorang tukang sihir yang berusaha membelokkan iman Gubernur Sergius Paulus. Akhirnya Elimas dibutakan Tuhan sehingga gubernur itu menjadi percaya dan takjub. Sejak saat itu Saulus disebut Paulus, lalu Paulus meninggalkan Pafos menuju Perga di Pamfilia, tetapi Yohanes Markus meninggalkan mereka dan kembali ke Yerusalem. 

- Antiokhia di Pisidia (Kis 13:13-49)

Pada hari Sabat mereka pergi ke Sinagoge dan setelah pembacaan Taurat dan Kitab Para Nabi, Paulus berkotbah tentang bangsa Israel yang ditebus dari Mesir sampai dengan kisah Yesus Kristus. Ada dua macam reaksi yang timbul, disatu pihak ada tanggapan yang luar biasa terbukti dengan datangnya hampir seluruh kota itu. Pada hari Sabat berikutnya dilain pihak orang-orang Yahudi menghasut mereka, sehingga Paulus berpaling kepada bangsa-bangsa lain, yang sebagian dari padanya sudah menjadi percaya. Orang-orang Yahudi menghasut para pembesar kota dan mengusir Paulus dan Barnabas dari kota tersebut. Kemudian Paulus dan Barnabas mengibaskan debu kaki sebagai tanda peringatan bagi mereka. 

- Ikonium, Listra dan Derbe (Kis 13:50; 14:20)

 Paulus dan Barnabas tinggal di Ikonium untuk beberapa waktu sambil mengajar di Sinagoge dan mengadakan mujizat serta tanda - tanda ajaib. Tetapi orang-orang Yahudi berusaha untuk merajam mereka dengan batu, sehingga mereka menyingkir ke Listra dan Derbe. Di Listra Paulus menyembuhkan seseorang yang lumpuh sejak lahir, sehingga Paulus dan Barnabas disembah sebagai dewa. Akan tetapi pikiran masyarakat tersebut kemudian berubah dan melempari Paulus dengan batu. Lalu Paulus pergi ke Derbe dan dikota ini ia mendapat banyak murid.

- Kembali ke Antiokhia (Kis 14:21-28)

Paulus dan Barnabas kembali ke Listra, Ikonium dan Antiokhia di Pisidia untuk menguatkan hati murid-murid dan menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu. Lalu mereka memberitakan Injil ke Perga dan Atalia dan kembali ke Antiokhia di Siria. 

- Sidang Yerusalem (Kisah 15:1-34)

Membicarakan masalah sunat dan kewajiban mematuhi Hukum Musa. Yudas dan Silas diutus untuk menemani Paulus dan Barnabas ke Antiokhia dengan membawa surat jawaban.

Sidang di Yerusalem ( +/- tahun 49 M) tercatat dalam Kisah 15 dan Galatia 2.

Ada satu masalah yang perlu dipecahkan sebelum pelayanan Misi diantara orang-orang kafir dapat dilanjutkan, yaitu tentang berlakunya Hukum Musa, dan khususnya tentang hal bersunat. Apakah hal tersebut harus dilakukan oleh orang-orang kafir yang sudah bertobat? Untuk membicarakan masalah ini dengan para rasul di Yerusalem, maka Paulus dan Barnabas memutuskan untuk pergi ke Yerusalem, karena sudah timbul perselisihan didalam jemaat di Antiokhia (Kisah 15:1-2).

Dalam sidang di Yerusalem, pelayanan Paulus diantara orang-orang kafir disahkan. Tuntutan golongan Farisi yang sudah menjadi Kristen tidak diterima. Keputusan sidang disampaikan kepada jemaat di Antiokhia melalui surat. Dalam surat tersebut juga ditegaskan supaya orang-orang kafir yang bertobat menjauhkan diri dari “makanan” yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati lemas dan dari darah” (Kisa 15:20, 28-29; Galatia 2:2, 6-10). Bahwa ini merupakan keputusan yang sulit diambil dapatlah dimengerti karena Petrus masih bertengkar dengan Paulus tentang keputusan tersebut setelah siding di Yerusalem (Gal 2:11-14). Meskipun demikian jelaslah bahwa keputusan tersebut membuka kesempatan yang luas untuk pelayanan misi diantara orang kafir. Tidak ada halangan prinsipiil lagi untuk melaksanakan perintah Tuhan, bahwa para murid Tuhan Yesus akan menjadi saksi Kristus “sampai ke ujung bumi (Kis 1:8). 

2. Perjalanan Misi Rasul Paulus yang  Ke dua.  (+/- tahun 49-53 M)

                 1. Antiokhia di Siria (Kisah 15:35-41).

                Paulus ingin mengunjungi jemaat-jemaat yang telah dibangun. Barnabas ingin                        membawa Yohanes Markus, tetapi Paulus tidak setuju, karena Yohanes Markus                        pernah meninggalkan mereka pada saat perjalanan Misi Pertama. Akhirnya mereka                 berpisah, dimana Paulus membawa Silas ke Siria dan Kilikia sementara Barnabas                     membawa Yohanes Markus.

            2. Kunjungan ulang ke jemaat-jemaat di Galatia (Kisah 16:1-6)

                Paulus pergi ke Derbe dan Listra dimana mereka (Paulus dan Silas) bertemu                             dengan Timotius dan memintanya untuk menyertai mereka.

            3.  Perubahan rencana Paulus (Kisah 16:6-7)

                Roh Kudus mencegah mereka memberitakan Injil di Asia, demikian juga ketika                         hendak ke Bitinia.

 

4. Penglihatan di Troas (Kisah 16:8-10)

Paulus mendapatkan penglihatan tentang orang Makedonia yang meminta tolong kepadanya agar menyeberang kedaerah itu.


5. Di Filipi (Kisah 16:11-40), Lidia seorang penjual kain ungu yang menjadi percaya  mendesak Paulus dan Silas untuk tinggal dirumahnya. Paulus mengusir roh tenung   dari seorang gadis tetapi mengakibatkan mereka dipenjara. Melalui peristiwa gempa bumi, kepala penjara dan seluruh keluarganya bertobat dan dibaptis.

 

6. Di Tesalonika (Kisah 17:1-9)

Disini Paulus mentobatkan banyak orang, tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri dan mengadakan kekacauan dikota. Yason dan beberapa saudaranya diseret kehadapan para pembesar kota, karena Paulus dan Silas tidak ditemukan dirumahnya dan dituduh melawan ketetapan Kaisar, setelah mendapat jaminan dari Yason, merekapun dilepaskan.

 

7.         Di Berea (Kisah 17:10-15)

Orang Yahudi dikota ini lebih baik daripada yang di Tesalonika dan banyak diantara mereka yang menjadi percaya. Tetapi karena hasutan dari orang Yahudi Tesalonika, mereka menjadi gelisah, sehingga Paulus disuruh berangkat menuju pantai laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea.

8.         Di Atena (Kisah 17:16-34)

Dikota ini Paulus berkotbah disidang Aeropagus tentang kebangkitan dan banyak orang mengejeknya, sekalipun ada beberapa orang yang bertobat, diantaranya Dionisius dan Damaris.

9.         Di Korintus (Kisah 18:1-18)

Bertemu dengan Akwila dan Priskila yang bekerja sebagai tukang kemah, sama seperti Paulus. Silas dan Timotius datang dari Makedonia dan memberi kesaksian tentang Mesias. Walaupun ditolak oleh orang Yahudi tetapi banyak orang yang menjadi percaya, diantaranya Krispus, kepala rumah ibadat. Paulus tinggal selama satu setengah tahun.

10.       Kembali ke Antiokhia di Siria (Kisah 18:18-22)

            Perjalanan Misi Paulus yang ketiga (tahun 54-57 M)

a.                        Antiokhia di Siria (Kisah 18:22)

b.                       Galatia dan Frigia (Kisah 18:23), Paulus hanya mampir di daerah ini untuk meneguhkan           hati para murid.

c.   Di Efesus (Kisah 19:1-40), Paulus membabtis 12 murid dalam nama Tuhan Yesus. Ketika Paulus menumpangkan tangan atas mereka, maka turunlah Roh Kudus dan mereka berbicara dalam bahasa Roh dan bernubuat. Selama tiga bulan Paulus mengajar dirumah Ibadat dan mengajar murid-murid diruang Tiranus selama dua tahun. Sapu tangan Paulus menjadi alat untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Peristiwa yang dialami oleh anak-anak Skewa juga menakjubkan orang banyak. Banyak orang bertobat dan membakar kitab-kitab sihir mereka dan menjadi percaya. Di Efesus juga terjadi kerusuhan yang ditimbulkan oleh Dometrius, seorang tukang perak di kuil Artemis.

d.    Dari Makedonia ke Troas (Kisah 20:1-12), di Troas terjadi peristiwa Eutikhus yang mati karena terjatuh dari loteng dan dibangkitkan.

e.    Dari Troas ke Miletus (Kisah 20:13-16), melalui Asos di Misia, Metileus, pulau Khios dan Samos, akhirnya Paulus sampai di Miletus.

f.     Perpisahan dengan tua-tua Efesus (Kisah 20:17-38), Paulus mengirim seseorang dari Miletus ke Efesus agar para penatua datang ke Miletus. Setelah mereka dating, Paulus mengucapkan salam perpisahan dan mereka sangat sedih karena Paulus berkata bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi dengannya.

 

Penahanan Paulus di Yerusalem, Kaisarea dan Roma (Kisah 21,22,23)

Sebelum kedatangannya di Yerusalem Paulus sudah mengetahui bahwa kedatangannya bersama dengan rombongannya tentu akan menimbulkan masalah, namun demi pelayanannya ia tetap kesana juga. Disana ia disambut dengan baik oleh para jemaat dan untuk menghindari masalah-masalah yang tidak berkenan, para jemaat menganjurkan Paulus untuk melakukan suatu kesalehan dengan mentahirkan dirinya di dalam Bait Allah bersama dengan empat orang yang sedang bernazar dan kebetulan pada waktu itu nazar mereka sudah hampir selesai. Paulus dianjurkan murid-murid agar bersama-sama dengan mereka yang telah bernazar untuk mentahirkan diri di Bait Allah dan menanggung semua biaya korban persembahan mereka.

Hampir tujuh hari lamanya Paulus menemani mereka didalam Bait Allah dan tidak diduga-duga ada beberapa orang Yahudi Asia (Efesus dan sekitarnya) yang mengenali Paulus dan menghasut orang banyak dengan tuduhan-tuduhan palsu atas Paulus. Pauluspun ditangkap saat itu juga dan dihajar oleh orang banyak dan untunglah peristiwa tersebut diketahui oleh pasukan benteng dan diserahkannyalah Paulus kepada Mahkamah Agama (Kisah 23:1-11).

Paulus-pun disidangkan dihadapan Mahkamah Agama dan didalam sidang tersebut terjadi keributan antara orang-orang Farisi yang mempercayai adanya kebangkitan tubuh dengan orang Saduki yang menolak ajaran tersebut. Sementara itu kepala pasukan mengutus anak buahnya untuk mengeluarkan Paulus dari ruangan sidang dan membawanya kemarkas serta menahannya disana. Ketika malam hari saat Paulus sedang seorang diri, Tuhan berdiri disampingnya dan berkata: ”Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian juga hendaklah engkau bersaksi di Roma.” (Kisah 23:11), artinya: hal ini memberi suatu kepastian bahwa keinginan Paulus untuk pergi ke Roma  terlaksana.

Orang Yahudi tidak puas dengan Paulus, sehingga mereka membuat rencana untuk membunuh Paulus, namun diketahui oleh pasukan itu, sehingga ia mengutus pasukannya untuk mengawal Paulus dan membawanya ke Kaisarea. Paulus dikawal oleh 400 prajurit, 70 orang berkuda dan 200 orang bersenjata lembing.

Selama dua tahun Paulus berada dalam penjara dibawah pengawasan wali negeri Felix. Pengganti Felix, yang bernama Festus didesak oleh orang-orang Yahudi untuk mengadili Paulus di Yerusalem. Tetapi Paulus sendiri menganggap itu sebagai ancaman terhadap hidupnya. Oleh sebab itu ia memakai haknya sebagai warga negara Roma untuk naik banding ke Kaisar. Dengan demikian dia mendapatkan haknya untuk diadili di Roma. Sebelum dia berangkat ke Roma, dia sempat bersaksi kepada raja Agripa (Kisah Rasul 24 – 26). Setelah suatu pelayaran yang cukup membahayakan karena kapal yang mereka tumpangi kandas dekat pulau Malta, maka akhirnya Paulus dengan rombongan tiba di Roma. Disana dia boleh bergerak agak bebas. Antara lain dia boleh tinggal dirumah sewaan dan melayani siapa saja yang datang menemuinya (Kisah 27 – 28).

Dirumah itulah Paulus mengajar orang-orang Yahudi Roma selama dua tahun lebih dan berhasil membangun jemaat disana. Selama dua tahun itu Paulus masih berstatus seorang tahanan namun ia mempergunakan waktu itu dengan sangat baik untuk mengajar. Selama di Roma itulah Paulus menulis beberapa surat yang kini dikenal dalam kitab PB sebagai surat-surat penjara, yakni:

- Surat kepada jemaat di Kolose

- Surat kepada jemaat di Efesus

- Surat kepada jemaat di Filipi

- Surat kepada Filemon.


PERJALANAN PELAYANAN RASUL PAULUS  KE ROMA, YANG KE EMPAT

 

1.    Kaesarea

2.    Kreta, nasihat paulus untuk tidak berlayar diabaikan.

3.    Badai di Laut Mediteranian

4.    Malta, Kapal karam; Paulus mengibaskan ular tedung dari tanggannya dan tidak berakibat apa-apa terhadap dirinya atas gigitan ular tersebut.

5.    Roma, Paulus menyewa rumah sebagai tempat tahanan dirinya, berkotbah dihadapan orang-orang yahudi dan non-Yahudi; dan selama 2 tahun menunggu sidang dihadapan Nero.

6.    Dilepaskan dari penjara, melakukan perjalanan berikutnya.

7.    Dipenjara kembali dan mati sebagai martir (64 M).

 

Tahun-tahun Terakhir Paulus

Tradisi mengatakan bahwa setelah bebas dari Roma, Paulus pergi ke Spanyol sesuai dengan kerinduannya yang semula (Roma 14:24), namun ia tidak berlama-lama, karena ia juga pergi ke Makedonia, Kreta dan Asia Kecil antara tahun 61 – 64. Didalam masa itulah ia menulis surat kepada Timotius dan Titus. Setelah itu ia ditahan kembali dan dibawa ke Roma. Dalam penjara di Roma inilah Paulus menuliskan surat kedua bagi Timotius (surat ini dianggap sebagai nasihat terakhir pada anak didiknya). Pada akhirnya disitu pulalah Paulus dihukum mati oleh Kaisar. Ada yang berpendapat Paulus mati dipenggal kepalanya kira-kira tahun 64 M. Seorang Bapa Gereja mengatakan bahwa pada jamannya, masih ada terdapat kuburan Rasul Paulus di Via Ostensis (jalan ke Ostai) di Roma.