Bersiap Untuk Diubah Sang Mesias
Yesaya 64:1-9; Markus 13:24-37;
Renungan Firman
Banyak orang menginginkan perubahan. Banyak orang menginginkan peningkatan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan juga begitu melelahkan, sehingga tidak banyak orang yang bersedia menjalani proses demi terciptanya perubahan dan peningkatan itu sendiri. Alhasil, kebanyakan orang justru hanya menginginkan dampak atau hasil akhir dari perubahan tanpa bersedia untuk menjalani maupun mengusahakannya. Secara khusus, di tengah gempuran kehadiran budaya hidup yang serba instan, manusia pun sepertinya semakin sulit untuk menjalani proses, atau paling tidak sebagian manusia yang bergumul dalam kondisi yang demikian. Apakah kita ada di dalamnya?
Nubuatan Yesaya yang muncul dalam pasal 64 dan perkataan Yesus Kristus dalam injil Markus 13 juga memiliki keserupaan yang menekankan perubahan. Secara spesifik nubuatan Yesaya menunjukkan sebuah seruan hati dari umat yang sedang berada dalam situasi sulit yang begitu merindukan hadirnya pembebasan dari TUHAN.
Engkau menyongsong mereka yang melakukan yang benar dan yang mengingat jalan yang Kau tunjukkan! Sesungguhnya, Engkau ini murka, sebab kami berdosa; terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala. Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin. - Yesaya 64:5-6
Meski demikian, seruan nabi Yesaya juga menunjukkan bahwa adanya perubahan kesadaran pada diri umat yang tadinya terlalu asik hidup dalam keberdosaan menuju keinginan untuk meninggalkan semuanya. Nampaknya mereka menyadari bahwa mengharapkan keselamatan dari TUHAN memang perlu dibarengi dengan kesadaran diri untuk mengalami transformasi menjadi semakin selaras dengan kehendak TUHAN itu sendiri, bukan justru terlalu nyaman menikmati segala kesalahan dan keberdosaan. Itulah mengapa, kita dapat melihat rangkaian aksi pengakuan dosa atas segala tindakan yang telah mereka lakukan sebelumnya.
Pada momen yang berbeda, Yesus Kristus pun menekankan atas pentingnya mengalami pembaruan diri untuk menyambut kehadiran Anak Manusia, sebuah pesan nubuatan Mesianik yang sudah dikenal sejak lama oleh orang Yahudi seperti yang telah disampaikan oleh nabi-nabi pada masa lalu.
”Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba. Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya berjaga-jaga. - Markus 13:33-37
Perkataan Yesus dalam ayat 24-37 pun dapat kita maknai dengan mengklasifikasikannya ke dalam tiga tipe, yakni: Pertama, ayat 24-27 merupakan gambaran atas otoritas Anak Manusia atas kerajaan Sorga dimana para Malaikat pun tunduk di bawah perintah-Nya. Hal ini menekankan bahwa Sang Anak tidaklah hadir sebagai utusan untuk memberitakan maupun membawa keselamatan, melainkan sebagai sumber keselamatan itu sendiri; Kedua, ayat 28-31 menekankan perihal pentingnya memiliki kepekaan dan daya kritis terhadap kualitas diri sebagai bagian dari upaya konkret menyambut Sang Anak. Ketiga, ayat 32-37 merupakan nasihat untuk menindaklanjuti harapan dan komitmen untuk menyambut Sang Anak melalui sikap ‘berjaga-jaga’. Yesus Kristus mengajarkan umat untuk selalu menjaga diri dalam kondisi prima, ibarat seorang penjaga yang idealnya waspada dalam menjaga keamanan hingga lewat tengah malam.
Masa penyambutan Natal merupakan kesempatan yang sangat baik bagi setiap umat Tuhan, bukan hanya untuk meluapkan kesukacitaan melainkan juga pada saat yang sama mengkalibrasi imannya di dalam Sang Anak, Keselamatan yang telah memberikan pembebasan dan akses hidup dalam bimbingan Roh Kudus. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan mengoptimalisasi diri dalam menyambut lahirnya Sang Juruselamat dengan penuh kesediaan untuk mengalami perubahan yang selaras dengan kualitas firman-Nya yang menghidupkan. Tentu saja, ada banyak hal yang dapat kita ubah dari diri kita saat ini untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan pertimbangan nilai-nilai firman Tuhan. Apakah anda siap melakukannya?
Aksi Refleksi
Menurut anda, apakah hal yang sangat genting undah segera anda ubah demi mengoptimalkan diri sebagai pengikut Kristus?
Apakah anda sudah pernah mengusahakannya sebelumnya? Mengapa hal tersebut belum berhasil hingga saat ini?
Bagaimana langkah konkret untuk mengubahnya?